December 22nd, 2010
Hampir setiap kali aku jadi MC natal *sejauh yg kuingat*, aku pasti mengutip Lukas 2, bagian dimana para malaikat muncul kepada para gembala (mari2 baca lagi!!). Bagiku itu adalah bagian termegah, aku membayangkan bintang di langit spt malam biasanya, dimana para gembala lagi asik beristirahat, tiba2 JRENG JRENG *nah ini aku ga bisa bayangin seberapa hebohnya malam itu* :
"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
Dengan imaginasiku yg sangat terbatas ini pun, aku merinding membayangkan malam itu.
Lalu biasanya kuajak jemaat menyanyikan lagu Natal favoritku “Dengarlah Malak Bernyanyi” => Marilah kita memuji Sang Juruselamat bersama dengan para malaikat.
Natal kali ini pun, tetap bagian ini menjadi bagian yg aku terus bayangkan dan nikmati – namun ada satu bagian yg berulang kali terulang dan berbicara padaku kali ini, yaitu sang ibu .. Maria.
Setelah kehebohan yg terjadi *yg sesungguhnya jauh sebelumnya dia sudah tau*, Alkitab mencatat =
“Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.”(Lukas 2:19)
Hal yg sangat bertentangan dengan para wanita pada umumnya, *ok, setiap wanita berbeda* anggaplah aku, hal yg tidak heboh saja – bisa jadi heboh karena aku, apalagi hal yg sudah heboh – sepertinya mustahil bagiku tuk menyimpan dalam hati dan merenungkannya. Most of the time, reaksi pertama ku terhadap kehebohan adalah membuatnya semakin heboh, bukannya memikirkannya terlebih dahulu.
Bagian Alkitab selanjutnya pun mencatat, ketika Yesus yg berumur 12 tahun – stayed di Yerusalem - hilang dari pandangan orang tua-nya, ketika setelah 3 hari baru “ketemu” dengan Yesus, ternyata Yesus asik mengajar di Yerusalem, sebagai Ibu, Maria bertanya “kenapa bikin kami kuatir?”. Yesus jawab, “Loh, disini kan rumah BapaKu”, entah apa perasaan Maria saat itu, namun sekali lagi Alkitab mencatat = “But his mother treasured all these things in her heart.” (Lukas 2:51)
Wooow!! Mungkin kita ga akan pernah bisa terbayang situasi Maria *anak hilang, 3 hari baru ketemu, ga ada cell phone saat itu*, namun reflecting ke diriku sendiri – seberapa sering, ketika things happen in my life *yg tidak sesuai dengan rencanaku*, terutama ketika hal tsb sulit dimengerti, aku selalu berusaha tuk cari tau – figure it out right away, get it fixed and back to my plan– pergi ke sana sini – bertanya ke sana ke mari – tanpa terlebih dahulu reflect "kira2 apa yah yg Tuhan mau aku belajar dari ini semua?"
Aku percaya ini bukan berarti Maria adalah wanita kesepian, ga punya temen tuk curhat (kalo bahasa kerennya skrg), nope! Tapi Maria tau kepada siapa dia harus communicate-kan pertama semua things yg terjadi dalam dirinya. Dia tahu kepada siapa dia harus bertanya, and dia jelas tahu posisi dirinya -"I am the Lord's servant, may Your word be to me fulfilled." Luke 1:38
Elisabeth Elliot dalam "Passion and Purity" tulis gini =
But the things that we feel most deeply we ought to learn to be silent about, at least until we have talked them over thoroughly with God.
Dari sekian banyaknya pelajaran indah di buku ini, ini salah satu kalimat yg terus aku usahakan to put in into practice. *ingat, 1. Aku cewe tulen. 2. Aku sanguine sejati. Ngerti kan betapa susahnya hal ini? ini pun masi belajar*
Merenungkan dan mengkomunikasikan kepada Tuhan, menolong kita tuk melihat circumstances dari kacamata Allah, mengingat kembali akan janjiNya dan penyertaanNya yang sempurna, dan ingat akan posisi kita :
- kita adalah hamba yg mau taat kepada atasan kita - kita adalah bejana yg mau dibentuk oleh pejunan kita - kita adalah anakNya yg mau dididik menjadi serupa seperti Dia -
One of my 2011 resolutions is to be peaceful in all circumstances (i know, it's hard >.<) Aku menyadari, memasuki tahun yang baru, things might go wrong - unexpected- ga sesuai dengan my plan. Dan Maria memberi teladan - how it is to be peaceful - with those 2 verses, I will say "Be it unto me according to Your word" and I will "treasure all things and ponder them in my heart".
Aku sangat bersyukur Christmas berdekatan dengan New Year *bukan karena liburnya makin panjang*, tapi karena = as the reason we celebrate Christmas is to celebrate the birth of our Savior who brings joy and hope to the world, Christmas always refreshes me and brings hope to enter the new year, like this time :D
Merry Christmas all, and have a peaceful new year!
No comments:
Post a Comment