Siapa saja yang ingin melayani Tuhan haruslah mempunyai kebiasaan untuk mendengarkan apa yang dikatakan orang lain, dan juga bukan hanya asal mendengarkan saja, tetapi mendengarkan dengan penuh perhatian dan mengerti apa yang dikatakan.
Kita harus dapat membedakan tiga hal:
Kata-kata yang diucapkan lawan bicara.
Kata-kata yang dijaga lawan bicara supaya tidak diucapkan.
Kata-kata yang tidak dapat diucapkan lawan bicara yang terdapat jauh di dalam hatinya.
Pertama, untuk mengetahui apa sebenarnya yang dikatakan oleh orang itu, kita perlu memperhatikan terus sampai mengerti apa yang dikehendakinya. Ini berarti kita harus berdiam diri di hadapan Allah supaya pikiran kita tenang dan jiwa kita tenang, karena mendengar itu bukanlah merupakan soal yang mudah.
Kalau kita tidak didisiplin baik, maka kita akan bosan mendengar cerita-cerita yang dicurahkan ke telinga kita oleh orang-orang yang sedang membutuhkan kita dan jauh sebelum mereka berhenti berbicara kita sudah berhenti mendengarkan dan kemudian menarik kesimpulan yang kurang masak mengenai kesulitan mereka. Atau sudah sejak semula kita tidak begitu memperhatikan apa yang mereka katakan kepada kita, oleh karena kita begitu mementingkan apa yang hendak kita sampaikan kepada mereka.
Seringkali terjadi bahwa seorang pekerja yang baru saja merenungkan suatu pokok rohani, pikirannya begitu diliputi dengan hal itu sehingga kalau ada seorang saudara seiman yang dalam kesusahan datang mencari dia untuk meminta tolong, segera pekerja itu mengemukan apa yang tadi direnungkannya.
Kedua, kita harus dapat mengetahui hal apa saja yang disembunyikan, yang diusahakan supaya tidak disampaikan.
Kalau kita mau dengan tepat menafsirkan apa yang terdapat di balik apa yang dikatakan orang itu, maka hubungan kita dengan Tuhan haruslah erat sekali. Kalau orang dalam kesukaran itu membicarakan kesulitannya hanya secara dangkal saja, dan menutup mulut mengenai persoalannya yang penting, bagaimana kita dapat mengetahui keadaannya? Kita dapat mengetahuinya kalau persoalan kita sendiri sudah jernih dan beres di hadapan Tuhan.
Ketiga, kita harus dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya yang sedang dikatakan oleh jiwanya, di balik kata-kata yang diucapkan dan kata-kata yang mungkin dijaga supaya tidak diucapkan oleh jiwanya. Apabila seorang Kristen yang dalam kesusahannya, membuka mulut dan bicara, jiwanya juga turut berbicara. Kenyataan bahwa dia bersedia untuk berbicara mengenai dirinya sendiri, memberi kesempatan kepada kita untuk menggugah jiwanya.
Kesanggupan kita untuk membedakan apa yang sedang dikatakan oleh jiwanya tergantung pada banyaknya pengalaman rohani kita sendiri. Kalau kita sudah memperoleh cukup pengertian melalui pengalaman hati kita di hadapan Allah, maka kita akan dapat membedakan kata-kata yang diucapkan oleh saudara seiman itu, kata-kata yang dijaga supaya tidak diucapkan dan kata-kata yang diucapkan jauh di dalam lubuk hatinya.
Kalau kita tidak dapat mendengar apa yang dikatakan orang itu, bagaimana dapat kita mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Allah?
Walaupun kita membaca Alkitab dengan rajin dan merupakan guru-guru besar Alkitab dan juga efektif dalam berbagai bidang pekerjaan, tetapi kalau tidak belajar mendengarkan, dan mendengarkan dengan penuh pengertian, kita masih juga tidak akan sanggup melayani saudara-saudara seiman yang sedang dalam kesukaran.
Bagaimana kita dapat memperoleh kesanggupan untuk mendengarkan orang serta mengerti apa yang mereka katakan?
1. Kita tidak boleh bersikap subjektif. Bagaimana mungkin seorang pekerja dapat memperhatikan apa yang diceritakan orang-orang lain mengenai kebutuhannya, kalau sebelum mereka membuka mulut, dia sudah yakin bahwa dia mengetahui kesukaran-kesukaran mereka dan sudah siap dengan obatnya?
Kita harus mengesampingkan prasangka-prasangka dan kesimpulan-kesimpulan kita dan supaya Tuhan sendiri yang memberi petunjuk supaya kita dapat memberikan diagnosa yang benar bagi setiap persoalan.
2. Kita tidak boleh menjadi bingung dan pelupa. Banyak orang-orang percaya yang tidak tahu apa-apa mengenai disiplin mental. Siang dan malam pikiran mereka bekerja dengan tidak putus-putusnya. Mereka tidak pernah memusatkan pikiran, tetapi hanya membiarkan khayalan mereka mengembara kesana kemari sampai pikiran mereka demikian penuh dengan berbagai hal sehingga pikiran mereka sudah tidak dapat menerima apa-apa lagi.
Penting sekali untuk kita belajar menenangkan pikiran kita, sehingga kita dapat mendengar dan menerima apa yang dikatakan kepada kita.
3. Kita harus belajar menyelami perasaan orang lain. SIMPATI!
Kalau kehidupan emosi kita belum dikendalikan Allah sehingga kalau ada orang yang bersukacita, kita tidak dapat menyambutnya dengan riang, dan apabila mereka mengemukan kesulitan-kesulitan mereka, kita tidak dapat ikut serta dalam kesusahannya itu. Tuntunan Allah daripada orang-orang yang melayani Dia berat sekali. Kita tidak mempunyai waktu luang untuk memikirkan diri sendiri saja. Kalau kita hanya memperhatikan kesenangan dan kesedihan kita, apa yang kita suka dan apa yang tidak, maka kita menjadi terlalu sibuk untuk dapat dengan leluasa memperhatikan keadaan orang-orang lain.
Kebutuhan yang fundamental daripada setiap orang yang ikut serta dalam pekerjaan Tuhan, ialah mengenal Salib, mengalaminya. Kalau tidak, maka kita akan diselubungi dengan diri kita sendiri serta dikendalikan oleh pikiran dan perasaan kita sendiri saja.
Itu tidak berarti bahwa kita membiarkan orang bicara terus berjam-jam, sedangkan kita hanya duduk diam dan mendengarkan, tetapi hal itu berarti bahwa kita memberikan mereka kesempatan yang cukup untuk menjelaskan apa yang terdapat dalam hati mereka.
Ada pendapat salah yang lazim terdapat di antara pekerja-pekerja Kristus. Mereka mengira bahwa kebutuhan yang utama adalah kepandaian berbicara. Jauh dari itu! Untuk menjadi pekerja yang efektif kita harus jelas mengenai keadaan rohani kita; kita harus dapat membedakan keadaan orang-orang yang datang mencari kita; supaya dapat mendengarkan persoalan yang mereka kemukan kita memerlukan pikiran yang terang dan ketenangan roh supaya kita dapat meraba dan merasakan keadaan mereka, hal-hal yang tidak dapat mereka lukiskan. Kita sendiri harus tetap mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan, supaya dengan keadaan diri kita yang jernih dan beres kita dapat dengan jelas membedakan kebutuhan-kebutuhan orang-orang lain dan atas dasar diagnosa yang jelas dapatlah kita menyediakan obat yang khusus diperlukan oleh tiap-tiap persoalan itu.
Selamat mendengarkan dengan perhatian :$
Diambil dari buku karangan Watchman Nee, PEKERJA KRISTUS, Mendengarkan dengan Perhatian.
No comments:
Post a Comment